Month: November 2019

Sastra dan Hoax Serupa Tapi Tidak Sama

Sastra dan Hoax Serupa Tapi Tidak Sama

Sastra dan Hoax Serupa Tapi Tidak Sama – Di zaman globalisasi seperti saat sekarang ini, arus informasi beredar dengan sangat cepat. Sebagai orang yang memproduksi dan mengonsumsi informasi, kita tidak dapat menghindar dari keadaan semacam itu.

Akibatnya, kita mampu menjangkau segala jenis informasi tanpa ada sekat-sekat. Akan tetapi, kemungkinan terburuk, informasi tersebut bisa menjadi menyesatkan kita, karena ia mewartakan sebuah kebohongan, atau istilah lainnya: hoax. agen bola

Sastra dan Hoax Serupa Tapi Tidak Sama

Melani Budianta menjelaskan, bahwa hoax merupakan salah satu kata yang memang tengah populer. Kata tersebut sering muncul di mana-mana dan bergaung dalam beberapa tahun terakhir. Dengan demikian, seringnya kata hoax itu muncul, daya jual yang dimilikinya pun tinggi. sbotop

“Pertanyaan dasarnya, peradaban macam apa yang ditandai oleh hoax? Tanda-tanda zaman macam apa yang muncul?” kata Melani dalam abstraknya di sebuah acara bertajuk Bincang Tokoh #10: Sastra, Hoaks dan Humaniora yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Rabu, 17 Januari 2018. https://www.americannamedaycalendar.com/

Sebagai guru besar Fakultas Ilmu Budaya UI, Melani juga mempertanyakan soal bagaimana peran sastra dan ilmu humaniora dalam menyikapi kecenderungan yang tengah terjadi.  

Menurutnya, dunia yang ada di balik hoax terbagi menjadi tiga era. Di era pertama yakni era pasca-kebenaran. Dalam era ini, yang penting bukan kebenaran dan fakta objektif, melainkan opini yang terkait emosi dan keyakinan personal.

Melani melanjutkan, era selanjutnya yakni era banjir informasi. Dalam era ini, tidak ada lagi “gate keeper” untuk menyaring segala bentuk informasi. Kemudian pada era terakhir yakni era klikisme, di mana kebutuhan secara cepat menyebar atau membagikan informasi yang diterima melalui media sosial.

Ketiga era tersebut dikaitkan oleh Melani dengan konteks global yang semakin kompleks, ditambah dengan kemunculan berbagai macam kelompok yang memproduksi hoax. Secara eksplisit, Melani merujuk kepada kelompok-kelompok tertentu, seperti Bumi Datar (Flat Earth).

Setelah membahas soal hoax dan fenomenanya, Melani melanjutkan pembahasan ke soal sastra dan hoax itu sendiri.

Pihak DKJ dalam keterangan mengatakan, “Sastra hoax secara sederhana merupakan karya yang menjungkirbalikkan persepsi pembaca tentang sastra itu sendiri, mencampuradukkan apa yang real dan apa yang tidak real. Sifat dari hoax itu sendiri sebenarnya adalah fiksi. Sedangkan sastra adalah sebuah cerita fiksi; sebuah cerita rekaan yang bukan berarti sesungguhnya.”

Bahkan, dalam keterangan tersebut, beberapa pendapat mengatakan bahwa sastra itu hoax.

Akan tetapi, Melani menjelaskan bahwa sastra jelas berbeda dengan hoax. “Sastra adalah fiksi untuk mengungkap kebenaran, sedangkan hoax adalah rekaan untuk memalsukan kebenaran,” ujar akademikus lulusan Southern Carolina University tersebut.

Bahkan, tambah Melani, sastra (seni dan humaniora) memiliki kemampuan untuk membayangkan masa depan manusia dan kemanusian.

Ia mencontohkan beberapa karya seperti 1984 karya George Orwell, di mana karya tersebut kembali booming pasca terpilihnya Donald Trump sebagai orang nomor satu di AS. Karya yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1949 itu, menurut Melani, bercerita soal masa depan di tahun 1984, di mana aktivitas manusia pada tahun tersebut diawasi oleh kamera pengintai.

“Dalam One Hundred Years of Solitude (baca: Seratus Tahun Kesunyian karya Gabriel Garcia Marquez), ada adegan yang membuat saya merasa bahwa ini adalah kejadian di tahun 1998,” kata Melani menambahkan daftar judul karya lain yang serupa.

Untuk konteks budaya, Melani menjelaskan bahwa pekerjaan ilmu humaniora yakni mempersoalkan kembali apa artinya manusia dalam era digital dan era pasca-kebenaran. Ia juga mengatakan, peran seni dan sastra serta humaniora sangatlah penting di dunia yang semakin kompleks ini, di dunia di mana hoax tengah populer dan marak.

“Sastra dan humaniora bisa menjadi ruang pembelajaran alternatif,” kata Melani. “Seperti berpikir kritis, memilih dan menciptakan kembali sesuai dengan konteks zamannya, juga berdialog dan memahami satu dengan yang lain.”

Pekerjaan yang Cocok untuk Lulusan Sastra

Pekerjaan yang Cocok untuk Lulusan Sastra – Banyak siswa yang bingung saat memilih jurusan kuliah usai lulus dari sekolah menengah atas. Kedokteran, ekonomi, dan teknik kerap menjadi jurusan yang banyak diincar di kampus-kampus.

Akan tetapi adapula yang meminati jurusan lain, contohnya sastra. Namun kadang masih banyak sekali yang ragu untuk mengambil jurusan kuliah ini. Mereka masih bertanya-tanya setelah lulus akan menjadi apa?

Pekerjaan yang Cocok untuk Lulusan Sastra

Bagi yang ingin mengetahuinya, lulusan sastra bukan berarti kamu harus selalu jadi sastrawan. Ada banyak ladang pekerjaan yang tersedia untuk lulusan jurusan ini. Berikut adalah ladang ladang pekerjaan untuk lulusan sastra, yaitu: judi online

1. Editor Penerbit Buku

Baik penerbit maupun media, keduanya membutuhkan editor bahasa. Perusahaan mematok syarat khusus untuk jabatan ini, yakni lulusan sastra. sbobet88

Peraturan ini dibuat mutlak, artinya jurusan lain tidak bisa melamar untuk posisi ini. Itu berarti, kamu tak perlu khawatir, sebab pesaing pasti sama-sama dari jurusan sastra. Jadi, peluang yang terbuka pun semakin lebar. www.mrchensjackson.com

2. Jurnalis

Nah, untuk yang suka menulis dan mebaca, jurnalis merupakan pekerjaan yang pas. Jurnalis yang dimaksud bukan hanya untuk media cetak saja, karena kini perkembangan dunia digital juga semakin pesat.

Saat ini, media online juga memberi kesempatan lebih besar untuk menjadi seorang jurnalis. Salah satu hal yang menarik dari pekerjaan jurnalistik adalah, kamu menjadi orang pertama yang dapat mengetahui peristiwa di sekitar.

3. Copywriter

Lulusan Fakultas Sastra yang terbiasa membuat kalimat indah dan menarik, cocok untuk menjadi copywriter. Seperti apa tugas copywriter? Tugasnya yaitu menulis naskah iklan untuk perusahaan yang nanti akan disiarkan di berbagai media, baik media cetak, online, televisi, maupun radio.

Tetapi, seorang copywriter juga harus mengikuti proses kreatif, mulai dari brainstorming ide hingga eksekusi dengan perusahaan pengiklan. Cocok banget nih untuk kamu yang punya banyak ide menulis.

4. Pengajar

Siapa di antara kamu yang memiliki minat mengajar? Jadi tenaga pengajar salah satu ladang pekerjaan dari jurusan sastra.

Saat ini, banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi pengajar, bahkan yang bukan berasal dari Sarjana Pendidikan.

5. Lembaga Budaya

Bekerja di lembaga budaya bisa jadi pilihan yang pas  bagi lulusan sastra. Dengan kemampuan bahasa yang dipunya plus pengetahuan tentang budaya nusantara maupun asing, bisa jadi bahan pertimbangan lembaga budaya untuk menjadikan Anda karyawannya.

Kalau bekerja di lembaga budaya, kamu bisa ikut andil dalam melestarikan budaya. Pasti seru banget deh bisa bekerja di tempat yang anti-mainstream.

6. Pariwisata

Untuk kamu yang suka jalan-jalan dan senang bertemu orang baru, cocok untuk bekerja di bidang ini. Pekerjaan di bidang jasa ini membutuhkan kemampuan bahasa yang bagus serta interaksi yang baik dengan para turis lokal maupun mancanegara.

Lulusan sastra, khususnya Sastra Inggris, bisa menjadi jadi tour guide di sebuah travel agent.

7. Kedutaan Asing

Apakah kamu tahu? Saat ini, kesempatan bekerja di kantor kedutaan bukan cuma milik anak Jurusan Hubungan Internasional saja. Lulusan Sastra Asing juga memiliki kesempatan yang sama.

Cukup menguasai dua atau tiga bahasa asing dan fasih menggunakannya dalam berkomunikasi, ditambah punya pengetahuan politik khususnya politik luar negeri, itu sudah cukup menjadi modal untuk bisa bekerja di kedutaan.

Kuncinya, kamu harus percaya sama kemampuan kamu, ya!

Tak perlu ragu lagi kawan, kamu bakal menemukan banyak sekali kampus yang menyediakan pendidikan terkait ilmu sastra ini, karena memang prospek di masa depan juga menjanjikan.

Nama Era Baru Kekaisaran Jepang dari Karya Sastra

Nama Era Baru Kekaisaran Jepang dari Karya Sastra – Senin pada tanggal 1 April 2019, pemerintah negara Jepang melalui keputusan kabinet, telah mengeluarkan peraturan pemerintah tentang penggantian nama era kekaisaran.

Pemerintah Jepang mengumumkan bahwa nama era kekaisaran yang baru tersebut adalah “Rei-wa” sebelum Kaisar Akihito turun takhta dan Putra Mahkota Naruhito dinobatkan menjadi kaisar baru pada tanggal 1 Mei  2019. judi bola

Nama Era Baru Kekaisaran Jepang dari Karya Sastra

Di samping itu, menurut Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, ia mengatakan “Rei-wa” terdiri dari dua karakter kanji, yaitu, “令” (Rei) yang merupakan sarana keindahan dan “和” (Wa), yang merupakan sarana harmoni. sbobet

Banyak sekali orang orang khususnya masyrakat negara Jepang, menonton atau menyaksikan layar besar yang menayangkan tentang konferensi pers terkait pengumuman nama baru kekaisaran Jepang di Tokyo. https://www.mrchensjackson.com/

“Berdasarkan hal tersebut, kata ‘令和’ (Rei-wa) atau keindahan mengandung arti budaya akan lahir dan dipelihara ketika orang orang menyelaraskan hati mereka secara indah. (Culture will be nurtured as people bring their hearts together in a beautiful manner).” demikian kata pihak kedutaan besar Jepang tentang hal tersebut dalam keterangan yang diberikan melalui surat elektronik.

Kedutaan Besar Jepang juga menambahkan, bahwa hal ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Jepang, penamaan era baru kekaisaran dikutip dari kesusasteraan lokal, yaitu buku kumpulan puisi tertua Negeri Sakura yang berjudul “Manyoshu” yang disusun sekitar kurang lebih 1.200 tahun yang lalu.

Sementara itu, Putra Mahkota Naruhito akan dilantik sebagai kaisar yang ke 126 dalam sejarah Kekaisaran Jepang yang telah eksis lebih dari seribu tahun yang lalu.

Kepala Sekretaris Kabinet yang bernama Yoshihide Suga, mengatakan bahwa ia berharap nama baru itu, yang diadaptasi dari antologi puisi klasik Abad yang ke 8, akan diterima secara luas oleh masyarakat dan berakar dalam kehidupan di Negeri Matahari Terbit.

Merujuk pada pelantikan Akihito sebagai kaisar pada tahun 1989 silam, dewan kehormatan istana setempat memberikan nama kebesaran dengan sebutan “Kaisar Heisei”, yang berarti julukan era Jepang pun berganti menjadi Heisei.

Sebelumnya, nama era Jepang adalah Showa, di mana merujuk pada nama kebesaran untuk Kaisar Hirohito, yang terkenal akan agresi militernya di Asia Pasifik pada masa Perang Dunia II.

Ditentukan oleh Tim Khusus yang Ditunjuk oleh Istana

Menurut National Institutes for the Humanities bahwa pemilihan nama era baru bagi Jepang kemungkinan dipilih oleh tim khusus yang ditunjuk oleh dewan kehormatan yang ada di istana.

Masing masing dari tim khusus yang ditunjuk oleh istana telah diperintahkan untuk mengusulkan nama berdasarkan beberapa pertimbangan budaya budaya Jepang.

Masaharu Mizukami yang berprofesi sebagai profesor di Fakultas Sastra di Chuo University, Jepang, mengatakan bahwa “Kita tahu bahwa mulai sekitar abad ke 10, nama nama era baru diputuskan oleh orang orang berpenedikan yang terpilih secara khusus untuk melayani istana kaisar, dan dikenal dengan julukan monjō hakase,”.

“Ketika memutuskan nama era baru, masing-masing monjō hakase akan mengirimkan teks berjuluk nengō kanmon, yang berisi usulan nama dari pertimbangan budaya klasik Jepang,” ucap Masaharu Mizukami.

Informasi tentang bagaimana nama era baru diputuskan, serta diskusi yang melatarbelakanginya, terus dijaga ketat sejak Kaisar Akihito mengumumkan rencana pengunduran diri pada tahun 2017 lalu.

Pekan lalu, pimpinan Kabinet Jepang mengatakan kepada wartawan bahwa nama nama akademisi dan ahli lainnya, yang berkontribusi terhadap penentuan nama era baru kekaisaran, tidak akan dipublikasikan.

Karya Sastra Klasik Tentang Ekonomi

Karya Sastra Klasik Tentang Ekonomi

Karya Sastra Klasik Tentang Ekonomi – Jika kamu menganggap karya sastra hanya sebatas mengenai kegalauan manusian saja, maka kamu harus mencoba membaca karya-karya dari George Orwell, Charlotte Brontë dan Emile Zola ini.

Dalam karya mereka, sastra tidak hanya mentok di isu politik masa lalu atau penulis yang asyik sendiri melanturkan filsafat. Justru para penulis  sastra ini menjadi terkenal karena bukan membahas masalah itu. sbobet

Karya Sastra Klasik Tentang Ekonomi

Contohnya Charlotte Brontë yang membahas kehidupan perempuan mandiri, serta banyak penulis lain yang bisa mengemas pesan yang ingin mereka sampaikan dengan cerdas dan menghibur. benchwarmerscoffee

Seperti tiga penulis dan karya sastra ini, mereka membicarakan kondisi ekonomi di zaman mereka. Gaya penceritaan mereka ada yang bernada satir, ada pula yang tiap kalimatnya kokoh yang saling menjalin menjadi plot paripurna sehingga mungkin pembaca tidak sadar mereka sedang membaca novel bertema ekonomi. premiumbola

Berikut adalah karya karya sastra klasik tentang ekonomi:

1. Animal Farm

Animal Farm karya George Orwell bisa menjadi langkah awal bagi seseorang untuk mengenal dunia sastra. Buku alegoris ini tidak terlalu tebal dan memiliki tema menarik tentang kondisi ekonomi, kekuasaan, dan perubahan sosial. www.benchwarmerscoffee.com

Berkisah perihal sekumpulan babi yang memberontak melawan peternak yang dianggap mereka sebagai penindas. Dalam novel pendek ini, Orwell menyindir mereka yang mengaku merakyat ketika sedang menggulingkan kekuasaan, tetapi saat berkuasa sifat aslinya terlihat.

2. Villette

Villette memang tidak secara eksplisit membicarakan ekonomi. Ditulis oleh Charlotte Brontë, tema pusat dari novel ini adalah karier dari Lucy Snowe, sang karakter utama.

Lucy adalah wanita yang bekerja di negeri orang sebagai seorang guru. Di sini pembaca menyaksikan bagaimana Lucy berusaha menekan perasaannya agar dapat kuat di pekerjaannya. Konfliknya pun beraneka ragam, antara Lucy melawan perasaannya, antara Lucy dan lingkungan kerjanya, sampai Lucy melawat hasrat yang ia represi.

Novel sebetulnya dipengaruhi oleh kehidupan Charlotte Brontë ketika ia mengajar di Belgia. Namun, ada baiknya pembaca memulai dari novel Charlotte Brontë yang lain, yakni Jane Eyre yang juga bertema karier perempuan.

Pahami gaya penulisan Brontë, kemudian baru baca Villette yang temanya lebih serius, dan diiringi penulisan khas Brontë yang berbunga-bunga dan mengalir namun tetap kokoh pada saat yang sama.

3. Germinal

Novel yang paling berat di daftar ini, namun ini juga yang paling menyenangkan dibaca. Germinal berlatar lokasi di Prancis dan mengisahkan pemuda bernama Etienne yang datang ke sebuah masyarakat pekerja tambang.

Kondisi kerja yang tidak layak dan berbahaya menggugah kesadaran pemuda itu. Dia memimpin semacam gerakan terhadap keluarga orang kaya yang mengelola tambang untuk memperjuangkan kehidupan yang lebih baik. Semangatnya yang panas dan menggebu berhasil menarik para penambang yang ia bela ke sebuah tragedi.

Novel ini tidak sekadar membahas kaya vs. miskin. Sang penulis, Emile Zola, melukiskan kisahnya dengan disiplin dan menarik. Ia menampilkan isu serta bias ekonomi dari si kaya dan si miskin tanpa jejak sentimentalitas.

Ada kalanya pembaca dibuat miris dengan kondisi si miskin, dan kemudian kasihan dengan kondisi si kaya yang ternyata hidupnya terkekang oleh statusnya. Pembaca juga diajak berpikir ulang mengenai reformasi tragis yang terjadi dalam novel, meskipun gerakan itu sebetulnya berniat baik.

Meskipun novel ini tebal, tetapi konflik dan klimaks berhasil dijalin dengan sangat menarik. Tidak ada kesadisan yang tidak perlu, konflik pun berjalan alami tanpa meledek pemahaman para pembaca.

Kemeriahan Festival Sastra Banyuwangi 2019

Kemeriahan Festival Sastra Banyuwangi 2019 – Banyuwangi kembali menghadirkan Festival Sastra. Didatangi oleh ratusan pegiat sastra se-Banyuwangi, festival yang digelar di pendopo Banyuwangi, Festival ini juga dihadiri sejumlah sastrawan, salah satunya Candra Malik. Ada pula sastrawan asal Banyuwangi Fatah Yasin Nor, Samsuddin Adlawi, Bambang Lukito, hingga Iqbal Baraas.

Saat tiba di festival, Candra Malik langsung ditodong membacakan puisi. Berduet dengan sastrawan yang bernama Samsuddin Adlawi, Candra Malik membawakan karyanya yang berjudul Akulah Perjumpaan. Dengan suaranya yang khas, Candra berhasil membuat peserta larut terdiam menyimak karyanya. https://morrowpacific.com/

Kemeriahan Festival Sastra Banyuwangi 2019

Candra Malik sangat mengapresiasi Banyuwangi yang telah konsisten menggelar festival sastra selama tiga tahun terakhir. Festival sastra ini, menurut Candra, akan menggiatkan budaya literasi di kalangan generasi muda, sekaligus proses regenerasi sastrawan di Banyuwangi. https://www.benchwarmerscoffee.com/

Candra Malik mengatakan bahwa “Konsistensi mengajak generasi muda untuk mencintai sastra ini akan membawa festival sastra Banyuwangi semakin diperhitungkan banyak kalangan. Ditunjang bahan-bahan satrawi yang banyak terserak di Banyuwangi, mulai dari sejarah hingga keindahan alamnya, akan menyuburkan tradisi sastra di Banyuwangi,” www.benchwarmerscoffee.com

Candra melanjutkan, yang menarik dari festival sastra ini adalah digelar di tengah berkembangnya pariwisata Banyuwangi. Sastra secara tidak langsung diikhtiarkan sebagai tujuan wisata. https://www.benchwarmerscoffee.com/

“Sehingga, orang yang ke Banyuwangi tidak hanya untuk mengunjungi obyek wisata, namun juga untuk tujuan mempelajari khazanah budaya dan kesusastraan asli Banyuwangi. Menarik ini,” katanya.

Acara yang masuk agenda Banyuwangi Festival tahun 2019 ini dibuka oleh Wakil Bupati Banyuwangi yang bernama Yusuf Widyatmoko. Festival Sastra Banyuwangi 2019 ini diikuti oleh 700 penggiat, pecinta sastra se Banyuwangi. Mulai dari pelajar, guru, mahasiswa hingga budayawan.

Dalam kesempatan tersebut, sejumlah sastrawan asal Banyuwangi juga berbagi ilmu tentang bagaimana cara menulis sastra yang benar di media massa dan media cetak. Di antaranya adalah sastrawan yang bernama Samsudin Adlawi yang menyajikan materi tentang etika etika menulis dengan cara yang benar di platform Media Sosial.

“Meski akun pribadi, namun apa yang kita tuliskan hendaklah yang berfaedah. Contohnya menulis karya sastra, sehingga bisa menginspirasi orang lain. Hal yang paling penting, untuk menghasilkan karya sastra yang baik kita harus rajin membaca. Kita harus menargetkan berapa buku yang harus kita baca dalam satu bulan untuk memperluas wawasan kita,” kata Samsuddin.

Selanjutnya ada sastrawan yang bernama Muhammad Iqbal Baras, Iqbal Baras membedah bukunya yang berjudul Mawar Gandrung. Terakhir ada  sastrawan yang bernama Bambang Lukito yang menyampaikan materi tentang Pengaruh Sastra dan Budaya terhadap pengembangan Pariwisata.

Wabup Yusuf, mengatakan bahwa kegiatan festival sastra ini merupakan salah satu media yang sangat positif bagi perkembangan kreativitas, di samping sebagai sarana penyaluran bakat siswa.

Wabup Yusuf juga mengatakan bahwa “Menulis dan membaca itu adalah hal yang sangat penting, hal tersebut akan bisa menjadi inspiratif semua. Dengan membaca akan terbentuk kemampuan berfikir yang lebih berkualitas melalui suatu proses, seperti, menangkap gagasan, informasi serta dapat memahami, mengimajinasikan, mengekspresikan dan selanjutnya menjadi lebih kreatif,” ujarnya,”

Festival sastra Banyuwangi 2019 ini digelar dalam rangkaian acara. Satu minggu sebelum Festival Sastra Banyuwangi ini dimulai, Festival ini diisi dengan lomba menulis cerpen tingkat SLTP dan SLTA.

“Inilah waktunya, penggemar sastra, para pembaca bertemu dengan penulis dan saling berbagi pengalaman dan pengetahuan. Sekaligus even ini juga wadah bagi pelajar untuk mengembangkan potensi dirinya dalam kesusasteraan,” ujar Wabup.

Back to top